Hadiah Wisuda dari Orang yang Tiada Dikenal

3,282 kali dilihat, 3 kali dilihat hari ini

Hadiah Wisuda dari Orang Tidak Dikenal (Teruntuk Haira)

(Centangbiru) – Menjadi seorang mahasiswa rasanya bermacam-macam. Senang ketika memiliki banyak teman ,menjalankan berbagai organisasi yang digemari, mendapatkan IPK yang memuaskan, bahkan tak jarang dari mereka yang saling jatuh cinta.

Hidup menjadi seorang mahasiswa, tinggal jauh dari oranngtua, dan bahkan makan dengan seadanya terkadang juga membuat sedih, namun moment seperti itu yang sangat dirindukan setelah menduduki dunia kerja.


Haira merupakan seorang mahasiswa dari sebuah universitas yang cukup ternama di Sumatera Barat. Tiga tahun yang lalu ia harus pergi merantau dan meninggalkan orangtua dikampung, meski berat namun cita-cita Haira yang menjadi kekuatan untuknya meninggalkan kampung halaman.

Kuliah dengan bantuan Pemerintah membuat Haira sadar bahwa tanggung jawabnya sangat besar. Dorongan untuk lekas tamat dan menjadi sarjana adalah keluarga dan adik-adiknya. Terlahir sebagai anak sulung memberikan tuntutan paling besar terhadap dirinya, sehingga banyak momen yang Haira lewatkan sebagai seorang anak muda.

Bagi Haira kuliah adalah tujuan hidupnya sebagai seorang perantau, itulah kenapa alasanya ia tak pernah mengenal pacaran seperti anak muda lainnya. Baginya pacaran hanya akan mengganggu kuliah dan membuatnya lama tamat.

Selang beberapa tahun, akhirnya hari-hari yang memberatkan sebagai seorang mahasiswa dirasakan Haira. Menjadi seorang mahasiswa tahun akhir, melakukan berbagai penelitian, mencari dosen pembimbing, begadang sampai larut malam untuk mengerjakan skripsi, terkadang bangun pagi sudah dalam kondisi demam.

Namun semangat Haira tidaklah pernah surut untuk menjadi seorang sarjana dan kelak ingin bekerja dengan layak.

Hari berganti bulan, tidak terasa akhirnya Haira akan melaksanakan sidang kompre. Hari yang menegangkan, detik-detik saat ingin memasuki ruang sidang pun rasa groginya tak lagi berhenti, berkali-kali ia muntah karena mual. Namun membayangkan moment setelah dua jam itu yang selalu ia ingat supaya semangat menghadapi dosen dengan berbagai pertanyaannya.

Dari detik ke jam, dan akhirnya Haira dapat melalui rasa cemasnya dari beberapa hari yang lewat, “Selamat kepada Haira, anda dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan” kalimat yang disampaikan oleh ketua penguji itu yang akhirnya membuat air mata Haira tak hentinya menetes. Rasa haru dan bahagia yang tak terhingga sampai akhirnya berlabuh di pelukan pembimbing yang sangat ia hormati.

Rasa penat dari beberapa bulan lalu yang selalu menggelayut di badan Haira seketika hilang. Seolah terlepas dari belenggu besi yang selama ini memberatkan kepalanya.

“Yeee congratulation Ra, udah sarjana duluan aja ya”, ” selamat ya yang udah bergelar” ucapan selamat yang menyerbu di bibir pintu ruang sidang. Rasa bahagia yang tak terucapkan itu tergambarkan pada seulas senyuman di bibir Haira. Bahagia dengan sangat besarnya, rasa syukur yang tak hentinya bergemuruh di hati Haira.

Hari itu adalah hari yang tak terlupakan bagi Haira, momen yang membahagiakan itu ia abadikan dengan beberapa deret pose foto di ponsel jadulnya. Meski gambarnya tidak begitu bersih, setidaknya ada jejak kebahagiaan yang bisa ia lihat suatu saat nanti.

Setelah melaksanakan kompre tidak hanya selesai begitu saja. Seremonial yang sangat ditunggu yaitu wisuda juga butuh hal yang rumit untuk bisa melaksanakannya.

Berbagai syarat pendaftaran dan pembayaran harus Haira lakukan untuk dapat mengikuti wisuda. Bak ranjau yang terletak di penghujung perjlaanan, namun tak sedikitpun menyurutkan langkahnya.

Baju kebaya berwarna Abu-abu dan rok batik dengan warna senada, tampak cantik dibadannya yang kecil. Polesan bedak dan lipstick dengan berbagai merek menghiasi wajah Haira yang oriental.

Perhelatan yang sangat ditunggu bagi Haira, setelah beberapa tahun sebelumnya hanya melihat orang lain mengenakan topi toga, dan sekarang tibalah gilirannya.

Acara wisuda lengkap dengan tradisi yang selalu terjadi ketika perayaan adalah pemberian bunga atau hadiah kepada wisudawan.

Disudut kamar kosannya, Haira terkulai lemah setelah sebelumnya melepaskan keberangkatan keluarga pulang kampung. Kebaya wisuda masih melekat di tubuhnya, Kado-kado dan bunga berserakan disudut tempat tidur.

Seulas senyum dan rasa bahagia terpancar dari wajah Haira yang penat. Haira berlalu pergi kekamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah keluar dari kamar mandi, mata Haira kembali tertuju pada tumpukan kado yang sebelumnya sudah ia rapikan. Rasa penasaran akhirnya membuat Haira mencoba membuka satu per satu dari kado yang ia dapatkan.

Sebuah kotak kecil yang dibaluti kertas kado barwarna merah jambu, rasa penasaran pada kotak itu melebihi rasa penasaran Haira dari pada kotak lain.

“Hadiah seperti apa dengan kotak sebesar ini” gumam Haira sambil merobekkan kertas kadonya. Sontak mata Haira terbelalak melihat apa isi kado kecil tersebut. Rasa tidak percaya dan penasaran pada si pemberi membuat Haira kembali memcari petunjuk dari dalam kotak tersebut, sampai ia menemukan sebuah secarik kertas yang isinya lebih mnegejutkan Haira.

Untuk Haira
Melalui surat ini terlebih dahulu saya meminta maaf karena kelancangan hati.
Memberanikan diri untuk ikut serta menjadi cerita dalam sejarah kita, namun besar harapan, kelancangan ini bukan hanya sekedar cerita pada judul yang lain. Saya yang hanya kamu tau tanpa pernah kamu kenal. Selama ini dengan lancangnya berkelana mencari tahu tentang dirimu. Sederhana mengantarkan saya diam-diam menaruh hati pada mu, semoga kelak engkau dengan berlapang hati memberi saya jalan untuk saling mengenal dan memaknai arti cincin ini.
                                  ~       Dari Yolan

Mulut Haira seketika bungkam, hati yang bercampur aduk tidak bisa ia utarakan. Ingin menangis tapi hatinya juga bahagia. Jalan yang sebelumnya sudah ia kemas dengan naskah yang sangat rapi, seketika harus dibuat ragu dengan datangnya pemain baru.

Yolan adalah sepupu Sinta yang dua tahun lalu pernah dikenalkan Sinta padanya. Yolan juga mahasiswa di universitas yang sama dengan Haira, hanya saja ia kakak tingkat Haira di jurusan yang berbeda. Pertemuan yang hanya sebentar itu, tidak menyangka akan memberi cerita baru dalam hidup mereka.

Semenjak saat itu mereka kembali menjalin komunikasi melalu Sinta. Hal-hal romantis yang dilakukan Yolan berhasil mengambil hati Haira, dan akhirnya atas kesepakatan mereka berdua, Yolan membawa orangtuanya kerumah Haira. Yolan yang bekerja disebuah perusahaan, merasa sudah mampu untuk membangun rumah tangga.

 

(Penulis: Haida Fitri, S.Hum)