Belajar Dari Rumah Telah Berlangsung Lama, Orangtua Murid Mulai Stres

6,882 kali dilihat, 3 kali dilihat hari ini
Centangbiru – Saat ini, di saat pandemi virus corona atau Covid-19, di saat diterapkannya school from home atau belajar dari rumah, mungkin orang yang merasa paling stres adalah orangtua yang memiliki anak usia sekolah.
Benarkah?
Ya, sekilas, kalimat belajar dari rumah itu terdengar menyenangkan. Namun faktanya, bagi sebagian orangtua murid khususnya seorang ibu, hal itu menjadi petaka bagi mereka.
Betapa tidak, selain sudah dipusingkan dengan pekerjaan rumah; was-was terhadap ancaman penyebaran virus corona; tagihan listrik, air dan internet naik; kebutuhan sehari-hari meningkat; kini ditambah stres karena harus rutin mendampingi anak-anaknya belajar di rumah dan mengerjakan tugas dari sekolah.
Tambah stres lagi, jika sang anak enggan menurut karena suasana belajar di rumah terasa sangat berbeda dibandingkan dengan di sekolah. Jika sudah berhadapan dengan gadget atau smartphone, tak sedikit anak lebih termotivasi bermain game atau nonton Youtube bukannya belajar. Makin stres lagi jika sang orangtua gaptek (gagap tekhnologi) menggunakan laptop atau aplikasi di ponsel pintar atau smartphone.
Wajar jika stres, karena tak semua orangtua memiliki kapasitas untuk membimbing atau mengajar anak seperti guru di sekolah. Wajar mengeluh kerepotan, karena bukan bidangnya.
Guru saja dibagi untuk memegang satu atau beberapa mata pelajaran, orangtua malah dipaksa paham semua mata pelajaran saat mendampingi anaknya belajar dan mengerjakan tugas. Mental atau kesabaran benar-benar diuji. Harus diingat pula, jika sudah stres, tak jarang seseorang menjadi lebih emosional, akhirnya kekesalan dan kemarahannya dilampiaskan kepada anak. Anak jadi korban.
Ingat, menurut para pakar, anak yang kerap dimarahi atau diteriaki akan berdampak buruk. Alih-alih menurut atau memahami maksud nasihat orangtuanya, anak malah bisa mengalami trauma psikis yang dapat mengganggu perkembangan mental dan kecerdasannya. Sedikitnya ada empat dampak buruk yang bisa terjadi pada anak jika sering dimarahi, antara lain, anak menjadi penakut dan tidak percaya diri, perkembangan otaknya terganggu, mengalami depresi dan gangguan mental serta menjadi sosok pemarah di kemudian hari.
Masih mau mudah memarahi anak saat mendampingi belajar di rumah? Meski tak mudah, lebih baik bersabar demi kebaikan anak. Teruslah bersemangat dan jangan menyerah, semoga Covid-19 cepat berlalu dan hilang dari muka bumi.
(Unc/beritacianjur)