Limbah Kelapa Dijadikan Cocopeat Dan Cocofiber, Nagari Koto Baru Punya Banyak Potensi Ekonomi

1,660 kali dilihat, 6 kali dilihat hari ini
Padang Pariaman (Centangbiru) – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas mengadakan kunjungan ke salah satu pabrik pembuatan Cocopeat dan Cocofiber yang ada di Nagari Koto Baru, Kecamatan Padang Sago, Kabupaten Padang Pariaman.
Dalam kunjungan tersebut, mahasiswa dapat belajar serta melihat bagaimana proses pembuatan/produksi, mulai dari penerimaan bahan baku hingga pengiriman hasil.
Cocopeat dan Cocofiber merupakan salah satu contoh produk dari pengolahan limbah serabut kelapa dari penggunaan masyarakat setempat.
Nagari Koto Baru, Kabupaten Padang Pariaman sudah terkenal dengan kualitas komoditas kelapa yang baik beserta inovasi produk olahannya, sehingga tidak heran ada banyak limbah serabut kelapa yang terbuang. Limbah tersebut kemudian dimanfaatkan oleh pabrik Cocofiber dan Cocopeat sebagai bahan baku utama.
Cocopeat dan Cocofiber ini ramah lingkungan, Sehingga Cocopeat memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan air lebih lama dibandingkan tanah biasa, sehingga dapat digunakan sebagai media tanam hidroponik dan campuran tanah di pertanian konvensional.
Produk Cocopeat juga dapat dimanfaatkan untuk rehabilitasi lahan kering, bahan baku pupuk organik, dan banyak kegunaan lainnya. Sedangkan Cocofiber merupakan produk dengan bernilai tambah dan banyak digunakan dalam berbagai industri.
Dengan karakteristik serat kelapa yang kuat, tahan lama, dan fleksibel tersebut, maka banyak produk bernilai tambah yang berbasis Cocofiber.
Contohnya, digunakan sebagai pelapis jok, pembuatan matras, keset, bahan dasar tali tambang, dan banyak produk lainnya. Dapat juga digunakan pada sektor konstruksi untuk mencegah erosi tanah dengan material geotekstil tersebut.
Pada bidang lingkungan, serat ini sering digunakan sebagai filter alami untuk menyerap limbah industri.
Pabrik yang dikunjungi oleh mahasiswa KKN ini bernama Pabrik Agri Utama. Bersama Danil selaku kepala operasional, mahasiswa diizinkan untuk melihat kondisi pabrik.
Di pabrik itu, dimana terdapat proses penggilingan limbah serabut kelapa menggunakan mesin yang bernama Puso, mesin tersebut mampu memisahkan Cocofiber dan Cocopeat secara bersamaan.
Dari hasil penggilingan, Cocofiber kemudian dijemur untuk menghilangkan kadar air yang terkandung didalamnya. Setelah kering, Cocofiber kemudian di-press menggunakan mesin kempa dan dibentuk menjadi persegi agar bisa di-packing dan dikirim.
Produksi Cocofiber sempat terhenti dua tahun belakangan, karena terkendala dana dan permintaan pasar yang sedikit, sehingga pabrik hanya dapat memproduksi Cocopeat.
“Karena kami hanya memproduksi Cocopeat, Cocofiber kami tabung dulu, atau ya kami bakar saja,” jelas Danil, Sabtu (1/2/2025).
Pabrik yang sudah berdiri sejak 2004 lalu ini, sudah melakukan pengiriman ke luar kota hingga ekspor ke berbagai negara, seperti China dan India. Para pekerja pabrik ini juga berasal dari masyarakat dan ibu rumah tangga setempat, sehinga ketika produksi Cocofiber berhenti, hal itu berdampak langsung kepada ekonomi masyarakat.
Danil juga menambahkan, bahwa mulai pertengahan tahun 2025 ini pabrik akan mulai memproduksi Cocofiber kembali.
“Insya Allah, pertengahan tahun ini kami akan produksi fiber lagi, ini sudah mulai perbaikan mesin lagi,” ujar Danil dengan optimis.
Mahasiswa KKN bersama Danil, juga melihat bentuk Cocopeat yang sudah dibersihkan dan dikeringkan. Kualitas Cocopeat ternyata juga bergantung kepada cara pembersihan dan pengeringannya, karena besarnya kadar garam dan air yang terkandung, membuat Cocopeat harus dibersihkan dengan benar menggunakan air mengalir.
Kepada mahasiswa KKN, Danil selaku kepala operasional juga menjelaskan, kendala yang dialami perusahaannya, mulai dari persaingan pendapatan bahan baku, hingga banyaknya pabrik produksi Cocofiber dan Cocopeat di sana.
“Hingga saat ini, produksi Cocopeat masih terus berjalan dengan baik, dalam satu hari bisa menghasilkan 200 karung dalam sehari. Jika aktif produksi, sehari bisa mendapatkan dua ton Cocofiber,” ungkap Danil.
Kedepannya Danil berharap, pasar Cocofiber dan Cocopeat bisa lebih luas sehingga ekonomi dan lapangan pekerjaan masyarakat dapat stabil.
Tulisan oleh: Nabila Yumedika Shanda
Frima Syakira