Brilian, Program Matching Fund Unand Kembangkan Tanaman Kayu Secang Sebagai Sun Lotion SPF
Tim program Matching Fund Unand

1,486 kali dilihat, 3 kali dilihat hari ini

Padang (Centangbiru) – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan sekitar belasan produk kosmetik kecantikan yang mengandung bahan berbahaya. Temuan ini yang dilakukan berdasarkan hasil sampling dan pengujian dari Oktober 2021 hingga Agustus 2022, yang dilakukan oleh 73 UPT Badan POM di Seluruh Indonesia.

BPOM menemukan adanya Bahan Kimia Obat (BKO) dan bahan berbahaya lainnya di dalam produk kosmetik.

“Temuan kosmetik tersebut didominasikan bahan pewarna yang dilarang, yakni Merah K3 dan Merah K10. Sebagai tambahan informasi, bahan ini merupakan bahan yang beresiko menyebabkan kanker karena bersifat karsinogenik),” ujar Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si selaku Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetika RI.

Pemakaian produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dalam jangka waktu yang lama bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti, gagal ginjal, merusak paru-paru, sampai sistem kekebalan tubuh, sedangkan dampak pemakaian oleh ibu hamil menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami gangguan perkembangan otak dan saraf.

Guna untuk melakukan pencegahan penggunaan kosmetik kecantikan yang menggunakan bahan berbahaya di Sumbar, dosen Unand menjalankan program Matching Fund bertajuk “ Pengembangan dan Peningkatan Produksi Sun Lotion SPF Berbahan Dasar Organik dan Halal untuk Mendukung Pencegahan Penggunaan Kosmetik Kecantikan yang Menggunakan Bahan Berbahaya”.

Matching Fund adalah salah satu program dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia untuk penciptaan kolaborasi atau kerja sama dan sinergi strategis antara insan perguruan tinggi (lembaga perguruan tinggi) dengan pihak industri.

Pada kegiatan ini, UNAND bermitra dan bekerja sama dengan CV.IUMI dalam penelitian bahan baku dan produksi Sun Lotion SPF yang berbahan dasar organik dan halal.

Irtati Hasan Wibisono atau biasa dipanggil ibu Iin ini adalah pemilik CV.IUMI yang memiliki darah keturunan minang, tepatnya di daerah Baso, Kab.Agam, Sumatra Barat. CV.IUMI didirikan pada 12 September 2018, yang terletak di Kota Wisata, Pesona Virginia, Ciangsana, Gunung Putri, Kota Bogor.

CV.IUMI merupakan salah satu industri kosmetik rumahan, yang berusaha semaksimalnya menggunakan bahan baku organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, tidak terkontaminasi oleh pestisida, insektisida, dan tidak menggunakan bahan baku yang berasal dari petrokimia.

Tim Matching Fund UNAND yang diketuai oleh DR. Ir. Rini Bahar, M.P. dan bersama beberapa dosen UNAND, dan mahasiswa. Kegiatan tersebut diikuti oleh 5 orang mahasiswa yang berasal dari Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Andalas dari angkatan 20.

“Kegiatan ini sebagai wadah bagi mahasiswa untuk belajar diluar kampus guna mendukung penciptaan ekosistem merdeka belajar yang tertuang dalan pelaksanaan kegiatan pengembangan dan peningkatan produksi sun lotion spf berbahan dasar organik dan halal secara berkelanjutan,” terang DR. Ir. Rini, (15/12).

Sedangkan, manfaat untuk insan dikti yaitu sebagai wadah bagi dosen untuk belajar bermitra dengan dunia industri sebagai wujud dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi DUDI (CV.IUMI)”.

Selama kegiatan ini berlangsung, mahasiswa diajarkan langsung oleh Ibu Iin bagaimana cara membuat lotion, sabun cair, sabun padat, membuat deodorant, shampoo yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan sesuai resep yang diberikan Ibu Iin, ujar Luwina salah seorang mahasiwa yang ikut dalam kegiatan ini. Semua dijelaskan dengan detail oleh Ibu Iin.

Semua proses yang ada pada pembuatan produk kosmetik juga diajarkan oleh Ibu Iin, mulai dari penerimaan bahan baku, pengecek-an jumlah bahan baku, sanitasi ruang lingkup produksi dan bagaimana kebersihan di tempat produksi.

Sebelum memasuki tempat produksi, kita wajib mematuhi SOP yang telah disediakan, yaitu memakai jas pelindung, memakai masker, dan sepatu, untuk melindungi diri kita sendiri dan mengurangi adanya kontaminasi dengan mikroba.

Kegiatan Matching Fund kali ini memanfaatkan tanaman Kayu Secang (Caesalpinia Sappon Linn) Sebagai bahan baku utama pada pembuatan Sun Lotion SPF. Lotion merupakan suatu emulsi.

Emulsi diartikan sebagai campuran homegen dari dua cairan yang dalam keadaan normal tidak dapat bercampur (fase air dan fase minyak) dengan pertolongan bahan penolong yang disebut emulgator.

“Pembuatan hand body atau lotion dengan menggunakan zat warna alami yang diperoleh dari serutan kayu secang (Caesalpinia sappon L). Serutan kayu secang (Caesalpinia sappon L) yang merupakan senyawa yang larut dalam pelarut polar seperti air, etanol dan methanol. Pigmen ini memiliki warna merah tajam dan cerah pada pH netral (pH 6-7) dan bergeser kearah merah keunguan dengan semakin meningkatnya pH. Pada pH rendah (pH 2-5) brazilein memiliki warna kuning,” ungkap Dr.Ir. Rini.

Mutiara, salah seorang peserta mengungkapkan kegembiraannya dalam mengikuti kegiatan. Sebagai mahasiswa Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian yang mempelajari Segala proses pengolahan bahan pangan, pemanfaatan kayu secang menjadi Sun Lotion SPF merupakan pengalaman baru dan penting baginya.

“Dengan mengikuti kegiatan ini membuktikan bahwa banyak tanaman yang dapat digunakan dalam pengembangan industri kosmetik, dan hal ini menjadi pengalaman baru dan penting bagi saya” pungkasnya.

(Unc)